Home » , » Bentuk Aksara Jawa ( Belajar Aksara Jawa )

Bentuk Aksara Jawa ( Belajar Aksara Jawa )

Ditulis Oleh Unknown on Minggu, 30 Juni 2013 | 08.57

Untuk menulis bahasa Jawa modern, digunakan 20 konsonan dasar yang disebut sebagai aksara nglegena. Namun untuk menulis bahasa Jawa Kuno, digunakan 33 konsonan dasar. Huruf-huruf tambahan ini merepresentasikan suara yang tidak dipakai lagi dalam bahasa Jawa modern, yang kemudian digunakan sebagai huruf 'kapital' dalam ortografi kontemporer.




















Huruf "ha" dapat merepresentasikan vokal kosong, yang digunakan dengan tanda baca untuk membentuk huruf vokal independen.

Pasangan


























Tanda Baca Konsonan 

Terdapat dua macam tanda baca konsonan, yaitu tanda baca pengakhir konsonan (sandhangan panyigeging wanda) dan tanda baca penyisip konsonan (sandhangan wyanjana).

Tanda Baca Pengakhir Konsonan













Catatan:
  • Pangkon digunakan untuk menghilangkan vokal inheren suatu vokal, namun hanya digunakan pada akhir kalimat. Apabila sebuah konsonan tanpa vokal muncul ditengah kalimat, digunakan bentuk pasangan (lihat bagian pasangan).
 Tanda Baca Penyisip Konsonan



 

 

 

 

 

Catatan:
  • Bentuk cakra yang ditunjukkan disini sebenarnya adalah bentuk ligatur yang telah menjadi standar.
  • Cakra dan pengkal dapat digabungkan dengan tanda baca suku.

Murda

Beberapa huruf Jawa memiliki bentuk murda yang hampir setara dengan huruf kapital pada huruf latin. Namun murda hanya digunakan untuk menuliskan nama gelar, nama diri, nama geografi, atau nama lembaga, tidak untuk awal kalimat. Apabila sebuah nama ingin dikapitalisasi, suku kata pertamanya ditulis dengan aksara murda. Apabila tidak tersedia aksara murda untuk suku pertama, maka suku kata kedua yang dikapitalisasi. Apabila tidak tersedia aksara murda untuk suku kata kedua, maka suku kata ketiga yang dikapitalisasi, dan seterusnya. Jika diperlukan dan hurufnya tersedia, seluruh nama tersebut dapat ditulis dengan murda.

































  



Mahaprana














Rekan 

Kebanyakan bunyi yang tidak terdapat dalam bahasa Jawa asli ditulis dengan huruf yang bunyinya mendekati ditambah tanda cecak telu. Huruf semacam ini disebut rekan atau rekaan, dan dapat dibagi menjadi dua jenis; rekan untuk menulis bunyi dari bahasa Arab, dan rekan untuk huruf latin dan bahasa-bahasa Eropa seperti bahasa Belanda. Terdapat dua jenis rekan lainnya yang kurang dikenal, yakni rekan untuk bahasa Sunda dan bahasa Cina. Namun rekan untuk bahasa Cina sangat jarang ditemui, dan tidak diikut-sertakan dalam range Unicode.

Rekan untuk Latin 














Rekan untuk Arab























Rekan untuk Bahasa Sunda
















Rekan untuk Bahasa Cina

Lainnya













Catatan :
  • Ra agung digunakan untuk menulis nama orang yang dihormati, layaknya huruf murda. Namun huruf ini berada dalam kategorinya sendiri, dan tidak dilabeli murda.
  • Pa cêrêk merepresentasikan silabel rê, dan menggantikan setiap kombinasi ra + pêpêt.
  • Nga lêlêt merepresentasikan silabel lê, dan menggantikan setiap kombinasi la + pêpêt.
 Aksara Dasar (aksara swara)


Catatan:
  • Vokal panjang aaii, dan uu tidak diromanisasi dengan tanda baca macron.
  • I kawi adalah varian kuno vokal i mandiri.
  • Ai dan au masing-masing merepresentasikan diftong /ai/ dan /au/. Namun keduanya tidak dipakai dalam teks berbahasa Jawa karena bahasa Jawa tidak mengenal diftong. Kedua huruf ini berguna untuk mengtranskripsikan bahasa-bahasa seperti bahasa Indonesia dan Melayu.

Tanda Baca Vokal


















Angka









Tanda - Tanda Baca (pada)























Gaya Penulisan (Style, Gagrag) Aksara Jawa

Berdasarkan Bentuk aksara Penulisan aksara Jawa dibagi menjadi 2 yakni :
Ngetumbar 















Mbata Sarimbag
















Berdasarkan Daerah Asal Pujangga/Manuskrip, dikenal gaya penulisan aksara Jawa :

Jogjakarta


















Surakarta
















Demikian bentuk aksara jawa , semoga bisa menjadi referensi atau membantu sobat yang lagi mencari materi tentang aksara Jawa dan sejarah aksara jawa . Semoga Bermanfaat dan Selalu Kunjungi Kampoeng JAVA ya !
Share this article :

4 komentar:

  1. salut dech...
    mari kita jadikan AksaraJawa sebagai AksaraNasional.
    Perjuangan adalah Pelaksanaan KataKata (Rendra)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga aja bisa menjadi Bahasa Nasional juga pastinya

      Hapus
  2. yg aku blm paham adalah ttg 'Mahaprana' -- ttg FUNGSInya -- apa kayak 'Murdo' ya.....?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mahaprana, secara harfiah berarti "dibaca dengan nafas berat", digunakan dalam bahasa Jawa Kuno dan terjemahan Sansekerta.
      Mahaprana jarang muncul dan karenanya seringkali tidak dibahas dengan baik atau sepenuhnya dilewatkan dalam buku aksara Jawa.
      CMIIW

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Support : Kampoeng JAVA
Copyright © 2013. Kampoeng JAVA - All Rights Reserved
Template Created by Mas Template Edit by Kampoeng JAVA
Proudly powered by Blogger