Di Jawa Barat pada jaman dahulu kala ada sebuah Kerajaan Hindu yang besar dan cukup kuat, yaitu berpusat di kota Bogor. Kerajaan itu adalah Kerajaan “Pajajaran”, pada saat itu raja yang memerintah yaitu Prabu Siliwangi. Beliau sudah lanjut usia dan bermaksud mengangkat Putra Mahkotanya sebagai penggantinya.
Prabu Siliwangi mempunyai tiga orang putra dan satu orang putri dari dua Permaisuri, dari permaisuri yang pertama mempunyai dua orang putra, yaitu Banyak Cotro dan Banyak Ngampar. Namun sewaktu Banyak Cotro dan Banyak Ngampar masih kecil ibunya telah meninggal.
Maka Prabu Siliwangi akhirnya kawin lagi dengan permaisuri yang kedua, yaitu Kumudaningsih. Pada waktu Dewi Kumuudangingsih diambil menjadi Permaisuri oleh Prabu Siliwangi, ia mengadakan perjanjian, bahwa jika kelak ia mempunyai putra laki-laki, maka putranyalah yang harus meggantikan menjadi raja di Pajajaran.
Dari perkawinannya dengan Dewi Kumudaningsih, Prabu Silliwangi mempunyai seorang putra dan seorang putri, yaitu: Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.
Pada suatu hari Prabu Siliwangi memanggil Putra Mahkotanya, Banyak Cotro dan Banyak Blabur untuk menghadap, maksudnya ialah Prabu Siliwangi akan mengangkat putranya untuk menggantikan menjadi raja di Pajajaran karena beliau sudah lajut usia.
Namun dari kedua Putra Mahkotanya belum ada yang mau diangkat menjadi raja di Pajajaran. Sebagai putra sulungnya Banyak Cokro mengajukan beberapa alasan, antara lain alasannya adalah:
- Untuk memerintahkan Kerajaan dia belum siap, karena belum cukup ilmu.
- Untuk memerintahkan Kerajaan seorang raja harus ada Permaisuri yang mendampinginya, sedangkan Banyak Cotro belum kawin.
Banyak Cotro mengatakan bahwa dia baru kawin kalau sudah bertemu
dengan seorang putri yang parasnya mirip dengan ibunya. Oleh sebab itu
Banyak Cotro meminta ijin pergi dari Kerajaan Pajajaran untuk mencari
putri yang menjadi idamannya.
Kepergian Banyak Cotro dari Kerajaan Pajajaran melalui gunung Tangkuban Perahu, untuk menghadap seorang pendeta yang bertempat di sana. Pendeta itu
ialah Ki Ajar Winarong, seorang Pendeta sakti dan tahu untuk
mempersunting putri yang di idam-idamkannya dapat tercapai.
Namun ada beberapa syarat yang harus dilakukan dan dipenuhi oleh
Banyak Cotro, yaitu harus melepas dan menaggalkan semua pakaian
kebesaran dari kerajaan dengan hanya memakai pakaian rakyat biasa. Dan
ia harus menyamar dengan nama samaran “Raden Kamandaka”
Setelah Raden Kamandaka berjalan berhari-hari dari Tangkuban Perahu
ke arah Timur, maka sampailah Raden Kamandaka kewilayah Kadipaten Pasir
Luhur.
Secara kebetulan Raden Kamandaka sampai Pasir Luhur, betemu dengan
Patih Kadipaten Pasir Luhur yaitu Patih Reksonoto. Karena Patih
Reksonoto sudah tua tidak mempunyai anak,
maka Raden Kamandaka akhirnya dijadikan anak angkat Patih Reksonoto
merasa sangat bangga dan senang hatinya mempunyai Putra Angkat Raden
Kamandaka yang gagah perkasa dan tampan, maka Patih Reksonoto sangat
mencintainya.
Adapun yang memerintahkan Kadipaten Pasir Luhur adalah “Adi Pati
Kanandoho”. Beliau mempunyai beberapa orang Putri dan sudah bersuami
kecuali yang paling bungsu yaitu Dewi Ciptoroso yang belum bersuami.
Dewi Ciptoroso inilah seorang putri yang mempunyai wajah mirip Ibu raden
Kamandaka, dan Putri inilah yng sedang dicari oeh Raden Kamandaka.
Suatu kebiasaan dari Kadipaten Pasir Luhur bahwa setiap tahun mengadakan upacara menangkap ikan di kali Logawa. Pada upacara ini semua keluarga Kadipaten Pasir Luhur beserta para pembesar dan pejabatan pemerintah turut menangkap ikan di kali Logawa.
Pada waktu Patih Reksonoto pergi mengikuti upacara menangkap ikan di
kali Logawa, tanpa diketahuinya Raden Kamandaka secara diam-diam telah
mengikutinya dari belakang. Pada kesempatan inilah Raden Kamandaka dapat
bertemu dengan Dewi Ciptoroso dan mereka berdua saling jatuh cinta.
Atas permintaan dari Dewi Ciptoroso agar Raden Kamandaka pada malam
harinya untuk dating menjumpai Dewi Ciptoroso di taman Kaputren
Kadipaten Pasir Luhur tempat Dewi Ciptoroso berada. Benarlah pada malam
harinya Raden Kamandaka dengan diam-diam tanpa ijin patih Resonoto, ia
pun pergi menjumpai Dewi Ciptoroso yang sudah rindu menanti kedatangan
Raden Kamandaka.
Namun keberadaan Raden Kamandaka di Taman Kaputren Bersama Dewi
Ciptoroso tidak berlangsung lama. Karena tiba-tiba prajurit pengawal
Kaputren mengetahui bahwa di dalam taman ada pencuri yang masuk. Hal ini
kemu kemudian dilaporkan oleh Adipatih Kandandoho.
Menanggapi laporan ini, maka Adipatih sangat marah dan memerintahkan
prajuritnya untuk menangkap peencuri tersebut. Karena kesaktian dan ilmu
ketangkasan yang dimiliki oleh Raden Kamandaka, maka Raden Kamandaka
dapat meloloskan diri dari kepungan prajurit Pasir Luhur.
Sebelum Raden Kamandaka lolos dari Taman Kaputren, ia sempat
mengatakan identitasnya. Bahwa ia bernama Raden Kamandaka putra dari
Patih Reksonoto.
Hal ini didengar olehh prajurit, dan melaporkan kepada Adipatih
Kandandoho. Mendengar hal ini maka Patih Reksonoto pun dipanggil dan
harus menyerahkan putra nya. Perintah ini dilaksanakan oleh Patih
Reksonoto, walaupun dalam hatinya sangatlah berat. Sehimgga dengan
siasat dari Patih Reksonoto, maka Raden Kamandaka dapat lari dan selamat
dari pengejaran para prajurit.
Raden Kamandaka terjun masuk kedalam sungai dan menyelam mengikuti arus air sungai. Oleh Patih Reksonoto dan para
prajurit yang mengejar, dilaporkan bahwa Raden Kamandaka dikatakan sudah
mati didalam sugai. Mendengar berita ini Adipatih Kandandoho merasa
lega dan puas. Nmun sebaliknya Dewi Ciptoroso yang setelah mendengar
berita itu sangatlah muram dan sedih.
Sepanjang Raden Kamandaka menyelam mengikuti arus sungai bertemulah
dengan seorang yang memancing di sungai. Orang tersebut bernama
Rekajaya, Raden Kamandaka dan Rekajaya kemudian berteman baik dan menetap di desa Panagih. Di desa ini Raden Kamandaka diangkat anak
oleh Mbok Kektosuro, seorang janda miskin di desa tersebbut.
Raden Kamandaka menjadi penggemar adu ayam. Kebetulan Mbok Reksonoto
mempunyai ayam jago yang bernama “Mercu”. Pada setiap penyabungan ayam
Raden Kamandaka selalu menang dalam pertandingan, maka Raden Kamandaka
menjadi sangat terkenal sebagai botoh ayam.
Hal ini tersiar sampai kerajaan Pasir Luhur, mendengar hal ini
Adipatih Kandadoho menjadi marah dan murka. Beliau memerintahkan
prajuritnya untuk menagkap hidup atau mati Raden Kamandaka.
Pada saat itu tiba-tiba datanglah seorang pemuda tampan mengaku
dirinya bernama “Silihwarni” yang akan mengabdikan diri kepada Pasir
Luhur, maka ia permohonannya diterima, tetapi asalkan ia harus dapat
membunuh Raden Kamandaka. Untuk membuktikannya ia harus membawa darah
dan hati Raden Kamandaka.
Sebenarnya Silihwarni adalah nama samaran. Nama itu sebenarnya adalah
Banyak Ngampar Putra dari kerajaan Pajajaran, yaitu adik kandung dari
Raden Kamandaka.
Ia oleh ayahnya Prabu Siliwangi ditugaskan untuk mencari saudara kandungnya yang pergi sudah lama belum kembali. Untuk mengatasi
gangguan dalam perjalanan, ia dibekali pusaka keris Kujang Pamungkas
sebagai senjatanya. Dan dia juga menyamar dengan nama Silihwarni, dan
berpakaian seperti rakyat biasa.
Karena ia mendengar berita bahwa kakak kandungnya berada di Kadipaten
Pasir Luhur, maka ia pun pergi kesana. Setelah Silihwarni menerima
perintah dari Adipatih, pergilah ia dengan diikuti beberapa prajurit dan
anjing pelacak menuju desa Karang Luas, tempat penyabungan ayam.
Di tempat inilah mereka bertemu. Namun keduanya sudah tidak mengenal
lagi. Silihwari berpakaian seperti raknyat biasa sedangkan Raden
Kamandaka berpakaian sebagai botoh ayam, dan wajahnya pucat karena
menahan kernduan kepada kekasihnya.
Terjadilah persabungan ayan Raden Kamandaka dan Silihwarni, dengan
tanpa disadari oleh raden kamandaka tiba-tiba Silihwarni menikam
pinggang Raden Kamandaka dengan keris Kujang Pamungkasnya. Karena luka
goresan keris itu tersebut darahpun keluar dengan deras. Namun karena
ketangkasan Raden Kamandaka, ia pun dapat lolos dari bahaya tersebut dan
tempat ia dapat lolos itu dinamakan desa Brobosan, yang berarti ia
dapat lolos dari bahaya.
Karena lukanya semakin deras mengeluarkan darah, maka ia pun
istirahat sebentar disuatu tempat, maka tempat itu dinamakan Bancran.
Larinya Raden Kamandaka terus dikejar oleh Silihwarni dan prajurit. Pada
suatu tempat Raden Kamandaka dapat menangkap anjing pelacaknya dan
kemudian tempat itu diberinya nama desa Karang Anjing.
Raden Kamandaka terus lari kearah timur dan sampailah pada jalan
buntu dan tempat ini ia memberi nama Desa Buntu. Pada akhirnya Raden
Kamandaka sampailah di sebuah Goa. Didalam Goa ini ia beristirahat dan
bersembunyi dari kejaraan Silihwarni. Silihwarni yang terus mengejar
setelah sampai goa ia kehilangan jejak. Kemudian Silihwarnipun dari
mulut goa tersebut berseru menantang Raden Kamandaka.
Setelah mendengar tantagan Silihwarni, Raden Kamandaka pun menjawab
ia mengatakan identitasnya, bahwa ia adalah putra dari kerajaan
Pajajaran namanya Banyak Cotro.
Setelah itu Silihwarnipun mengatakan identitasnya bahwa ia juga putra
dari Kerajaan Pajajaran, bernama Banyak Ngampar. Demikian kata-kata
yang pengakuan antara Raden Kamandaka dan Silihwarni bahwa mereka adalah
putra pajajaran, maka orang yang mendengar merupakan nama versi ke-2,
untuk Goa Jatijajar tersebut. Kemudian mereka berdua berpeluka dan
saling memaafkan.
Namun karena Silihwarni harus membawa bukti hati dan darah Raden
Kamandaka, maka akhirnya anjing pelacaknya yang dipotong diambil darah
dan hatinya. Dikatakan bahwa itu adalah hati dan darah Raden Kamandaka
yang telah dibunuhnya.
Raden Kamandaka kemudian bertapa di dalam goa dan mendapat petunjuk,
bahwa niatnya untuk mempersunting Dewi Ciptoroso akan tercapai kalau ia
sudah mendapat pakaian “Lutung” dan ia disuruh supaya mendekat ke
Kadipaten Pasir Luhur, yaitu supaya menetap di hutan Batur Agung, sebelah Barat Daya dari batu Raden.
Suatu kegemaran dari Adipatih Pasir Luhur adalah berburu. Pada suatu
hari Adipatih dan semua keluarganya berburu, tiba-tiba bertemulah dengan
seekor lutung yang sangat besar dan jinak. Yang akhirnya di tangkaplah
lutung tersebut hidup-hidup.
Sewaktu akan dibawa pulang, tiba-tiba Rekajaya datang mengaku bahwa
itu adalah lutung peliharaannya, dan mengatakan beredia membantu
merawatnya jika lutung itu akan dipelihara di Kadipaten. Dan permohonan
itu pun dikabulkan.
Setelah sampai di kadipaten para putri berebut ingin memelihara
lutung tersebut. Selama di Kadipaten lutung tersebut tidak mau dikasih
makan. Oleh sebab itu akhirnya oleh Adipatih lutung tersebut
disayembarakan yaitu jika ada salah seorang dari putrinya dapat memberi
makan dan diterima oleh lutung tersebut maka ia lah yang akan memelihara
lutung tersebut.
Ternyata makanan yang diterima oleh lutung tersebut hanyalah makanan
dari Dewi Ciporoso, maka “Lutung Kasarung” itu menjadi peliharaan Dewi
Ciptoroso. Pada malam hari lutung tersebut berubah wujud menjadi Raden
Kamandaka. Sehingga hanya Dewi Ciptoroso yang tahu tentang hal tersebut.
Pada siang hari ia berubah menjadi lutung lagi. Maka keadaan Dewi kini
menjadi sangat gembira dan bahagia, yang selalu ditemani lutung kasarung.
Alkisah pada suatu hari raden dari Nusa Kambangan Prabu Pule Bahas
menyuruh Patihnya untuk meminang Putri Bungsu Kadipaten Pasir Luhur Dewi
Ciptoroso dan mengancam apabila pinangannya ditolak ia akan
menghancurkan Kadipaten Pasir Luhur.
Atas saran dan permintaan dari Lutung Kasarung pinangan Raja Pule
Bahas agar supaya diterima saja. Namun ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh raja Pule Bahas. Salah satunya ialah dalam pertemuan
pengantin nanti Lutung Kasarung harus turut mendampingi Dewi Ciporoso.
Pada waktu pertemuan pengantin berlangsung, Raja Pule Bahas selalu
diganggu oleh Lutung Kasarung yang selalu mendampingi Dewi Ciptoroso.
Oleh sebab itu Raja Pule Bahas marah dan memukul Lutung Kasarung. Namun
Lutung Kasarung telah siap berkelahi melawan Raja Pule Bahas.
Pertarungan Raja Pule Bahas dengan Lutung Kasarung terjadi sangat
seru. Namun karena kesaktian dari Luung Kasarung, akhirnya Raja Pule
Bahas gugur dicekik dan digigit oleh Lutung Kasarung.
Tatkala Raja Pule Bahas gugur maka Lutung Kasarung pun langsung
menjelma menjadi Raden Kamandaka, dan langsung mengenkan pakaian
kebesaran Kerajaan Pajajaran dan mengaku namanya Banyak Cotro. Kini
Adipatih Pasir Luhur pun mengetahui hal yang sebenarnya adalah Raden
Kamandaka dan Raden Kamandaka adalah Banyak Cotro dan Banyak Cotro
adalah Lutung Kasarung putra mahkota dari kerajaan Pajajaran. Dan
akhirnya ia dikawinkan dengan Dewi Ciptoroso.
Namun karena Raden Kamandaka sudah cacat pada waktu adu ayam dengan
Silihwarni kena keris Kujang Pamungkas maka Raden Kamandaka tidak dapat
menggantikan menjadi raja di Pajajaran.
Karena tradisi kerajaan Pajajaran, bahwa putra mahkota yang akan
menggantikan menjadi raja tidak boleh cacat karena pusaka Kujang
Pamungkas. Sehingga setelah ia dinikahkan dengan Dewi Ciptoroso, Raden
Kamandaka hanya dapat menjadi Adipatih di Pasir Luhur Menggantikan
mertuanya. Sedangkan yang menjadi Raja di Pajajaran adalah Banyak
Blabur.
0 komentar:
Posting Komentar