Huruf "ha" dapat merepresentasikan vokal kosong, yang digunakan dengan tanda baca untuk membentuk huruf vokal independen.
Pasangan
Tanda Baca Konsonan
Terdapat dua macam tanda baca konsonan, yaitu tanda baca pengakhir konsonan (sandhangan panyigeging wanda) dan tanda baca penyisip konsonan (sandhangan wyanjana).
Tanda Baca Pengakhir Konsonan
Catatan:
- Pangkon digunakan untuk menghilangkan vokal inheren suatu vokal, namun hanya digunakan pada akhir kalimat. Apabila sebuah konsonan tanpa vokal muncul ditengah kalimat, digunakan bentuk pasangan (lihat bagian pasangan).
Catatan:
- Bentuk cakra yang ditunjukkan disini sebenarnya adalah bentuk ligatur yang telah menjadi standar.
- Cakra dan pengkal dapat digabungkan dengan tanda baca suku.
Murda
Beberapa huruf Jawa memiliki bentuk murda yang hampir setara dengan huruf kapital pada huruf latin. Namun murda hanya digunakan untuk menuliskan nama gelar, nama diri, nama geografi, atau nama lembaga, tidak untuk awal kalimat. Apabila sebuah nama ingin dikapitalisasi, suku kata pertamanya ditulis dengan aksara murda. Apabila tidak tersedia aksara murda untuk suku pertama, maka suku kata kedua yang dikapitalisasi. Apabila tidak tersedia aksara murda untuk suku kata kedua, maka suku kata ketiga yang dikapitalisasi, dan seterusnya. Jika diperlukan dan hurufnya tersedia, seluruh nama tersebut dapat ditulis dengan murda.
Mahaprana
Rekan
Kebanyakan bunyi yang tidak terdapat dalam bahasa Jawa asli ditulis dengan huruf yang bunyinya mendekati ditambah tanda cecak telu. Huruf semacam ini disebut rekan atau rekaan, dan dapat dibagi menjadi dua jenis; rekan untuk menulis bunyi dari bahasa Arab, dan rekan untuk huruf latin dan bahasa-bahasa Eropa seperti bahasa Belanda. Terdapat dua jenis rekan lainnya yang kurang dikenal, yakni rekan untuk bahasa Sunda dan bahasa Cina. Namun rekan untuk bahasa Cina sangat jarang ditemui, dan tidak diikut-sertakan dalam range Unicode.
Rekan untuk Latin
Rekan untuk Arab
Rekan untuk Bahasa Sunda
Rekan untuk Bahasa Cina
Catatan :
- Ra agung digunakan untuk menulis nama orang yang dihormati, layaknya huruf murda. Namun huruf ini berada dalam kategorinya sendiri, dan tidak dilabeli murda.
- Pa cêrêk merepresentasikan silabel rê, dan menggantikan setiap kombinasi ra + pêpêt.
- Nga lêlêt merepresentasikan silabel lê, dan menggantikan setiap kombinasi la + pêpêt.
Catatan:
- Vokal panjang aa, ii, dan uu tidak diromanisasi dengan tanda baca macron.
- I kawi adalah varian kuno vokal i mandiri.
- Ai dan au masing-masing merepresentasikan diftong /ai/ dan /au/. Namun keduanya tidak dipakai dalam teks berbahasa Jawa karena bahasa Jawa tidak mengenal diftong. Kedua huruf ini berguna untuk mengtranskripsikan bahasa-bahasa seperti bahasa Indonesia dan Melayu.
Tanda Baca Vokal
Angka
Tanda - Tanda Baca (pada)
Gaya Penulisan (Style, Gagrag) Aksara Jawa
Berdasarkan Bentuk aksara Penulisan aksara Jawa dibagi menjadi 2 yakni :
> Ngetumbar
> Mbata Sarimbag
Berdasarkan Daerah Asal Pujangga/Manuskrip, dikenal gaya penulisan aksara Jawa :
> Jogjakarta
> Surakarta
Demikian bentuk aksara jawa , semoga bisa menjadi referensi atau membantu sobat yang lagi mencari materi tentang aksara Jawa dan sejarah aksara jawa . Semoga Bermanfaat dan Selalu Kunjungi Kampoeng JAVA ya !
salut dech...
BalasHapusmari kita jadikan AksaraJawa sebagai AksaraNasional.
Perjuangan adalah Pelaksanaan KataKata (Rendra)
Semoga aja bisa menjadi Bahasa Nasional juga pastinya
Hapusyg aku blm paham adalah ttg 'Mahaprana' -- ttg FUNGSInya -- apa kayak 'Murdo' ya.....?
BalasHapusMahaprana, secara harfiah berarti "dibaca dengan nafas berat", digunakan dalam bahasa Jawa Kuno dan terjemahan Sansekerta.
HapusMahaprana jarang muncul dan karenanya seringkali tidak dibahas dengan baik atau sepenuhnya dilewatkan dalam buku aksara Jawa.
CMIIW